Meneropong prospek kinerja reksadana di 2019

Dec 03 2018 09:57PM

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para analis dan fund manager optimistis pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan positif di tahun depan. Reksadana saham pun diproyeksikan bisa menjadi jawara kinerja reksadana terbaik di tahun depan.
Vice President Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan memproyeksikan, IHSG bisa menembus lebih dari level 7.000 dengan pertumbuhan moderat mencapai di atas 10% di tahun depan.
"Jika tahun ini IHSG bisa hit 6.300 dan next year bisa 7.000 lebih," kata Reza.
Sentimen positif yang mendukung IHSG berbalik berkinerja unggul adalah kondisi global, terutama trade war yang cenderung mereda.
Reza juga memproyeksikan kondisi perekonomian Indonesia bisa semakin membaik. Terlebih di tahun depan, dalam masa kampanye terkait Pemilu bisa menumbuhkan perekonomian.
Sementara, Reza mengatakan sentimen negatif yang mungkin menghambat kinerja reksadana saham adalah jika Amerika Serikat (AS) tetap menaikkan suku bunga.
"Pasar saham akan berkonsolidasi sesaat saat The Fed tetap menaikkan suku bunga secara agresif di tahun depan," kata Reza, Jumat (30/11).
Selain itu, jelang menunggu Pemilu selesai, Reza mengatakan akan ada periode di mana pelaku pasar cenderung bersikap wait and see hingga mengetahui siapa pemenang Pemilu dan melihat program kerja calon yang terpilih.
Senada, Head of Capital Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga optimistis kinerja pasar saham akan positif di tahun depan. Ia pun memproyeksikan reksadana saham bisa mencatatkan kinerja tertinggi.
"Optimistis indeks tahun depan bisa ke level 6.800, jika IHSG tahun in ditutup di level 6.100-6.200 maka pertumbuhan kinerja IHSG sekitar 10% di tahun depan," kata Wawan, Jumat (30/11).
Wawan juga mengatakan sentimen Pemilu bisa menggerakkan ekonomi dan bisanya indeks selalu berkinerja positif di tahun Pemilu.
Di tahun ini kenaikan suku bunga sudah cukup agresif dan Wawan mengharapkan tahun depan tren kenaikan suku bunga bisa mereda.
Namun, sentimen perang dagang masih mungkin menghantui pasar modal tetapi diharapkan di tahun depan Trump tidak akan seagresif tahun ini dalam melancarkan berbagai kebijakannya.
"Tahun depan partai Demokrat sudah mulai menguasai pemerintahan di AS sehingga Trump tidak akan dengan mudah berbuat sesuai yang ia mau," kata Wawan.
Sementara, untuk reksadana pendapatan tetap, Reza mengatakan reksadana ini akan masih banyak peminat karena sebagai instrumen yang menggunakan efek utang dengan imbal hasil tetap.
Namun, harga obligasi saat ini sudah mulai naik, maka imbal hasil kemungkinan akan semakin terbatas.
Jika The Fed tidak jadi menaikkan suku bunga, maka kemungkinan besar hal tersebut akan diikuti BI dengan begitu bisa menjadi sentimen positif bagi reksadana pendapatan tetap karena harga obligasi bisa bergerak naik.
Namun, sebaliknya jika suku bunga BI naik maka harga obligasi berpotensi turun.
Wawan mengatakan jika investor kini berinvestasi pada reksadana pendapatan tetap, maka imbal hasil yang akan diterima masih cukup baik.
Dari sisi yield obligasi tenor 10 tahun ini berada di sekitar 8% sedangkan obligasi korporasi bisa menawarkan imbal hasil lebih tinggi 2% dari yield obligasi pemerintah.
Namun, kemungkinan kenaikan suku bunga masih ada dan berpotensi menurunkan harga obligasi. "Meski yield obligasi tinggi tetapi karena ada potensi penurunan harga, saya proyeksikan kinerja reksadana pendapatan tetap secara rata-rata sekitar 5%-6% untuk tahun depan," kata Wawan.
Baik Wawan maupun Reza memproyeksikan kinerja reksadana saham bisa jadi jawara reksadana di tahun depan.
Untuk reksadana campuran, Reza menilai jika dalam portofolio reksadana campuran memiliki porsi saham lebih besar atau yang bersifat agresif.
Reza pun proyeksikan kinerja akan lebih tinggi dari kinerja reksadana campuran yang konservatif. "Kinerja reksadana campuran yang konservatif masih stagnan," kata Reza.
Wawan memproyeksikan kinerja reksadana campuran bisa catatkan kinerja rata-rata sebesar 6%-7% di tahun depan.
Sementara, untuk reksadana pasar uang, Wawan proyeksikan bisa memberikan imbal hasil 6%-6,5% secara rata-rata di tahun depan.
Reza memproyeksikan peminat reksadana pasar uang akan selalu meningkat sebagai instrumen pengganti bagi para nasabah pemula.
"Reksadana pasar uang memang jangan mengharapkan yield terlalu tinggi yang penting adalah mengalahkan BI rate yang 6% sebelum pajak," kata Reza.

Kembali

PT. Sinarmas Asset Management meraih delapan penghargaan sebagai Reksa Dana Terbaik 2017 dari Majalah Investor. Produk yang mendapatkan penghargaan adalah Reksa Dana Danamas Dollar, Danamas Stabil, Simas Income Fund dan Danamas Fleksi