Pinnacle Investment: Pasar ETF tahun ini atraktif

Mar 27 2019 11:02PM

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Direktur PT Pinnacle Investment Guntur Putra, optimistis terhadap perkembangannya pasar Exchange Traded Fund (ETF) tahun ini. Pasalnya, investor mulai melirik investasi jenis ETF, karena ETF sudah sangat beragam dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan investor.
Mulai dari jenis ETF aktif, pasif, smart beta, sektoral, hingga tematik. Hal lain yang bisa didapatkan dari investasi ETF dibandingkan dengan jenis reksadana konvensional lainnya adalah, adanya transparansi menyeluruh, fleksibel, dan juga sangat likuid, ujar Guntur pada Kontan.co.id, Rabu (27/3).
Lebih jauh, Guntur menyebutkan jenis ETF berbasis FTSE (The Financial Times Stock Exchange) Indonesia sebagai jenis ETF yang paling unik dan menarik.
Pasalnya, FTSE merupakan global indeks provider terbesar di dunia. Di dalamnya terdapat lebih dari US$ 16 triliun asset global yang menggunakan tolok ukur FTSE.
Tak hanya itu, FTSE Indonesia adalah salah satu indeks tertua selain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Jakarta Stock Exchange Composite Index (JCI). Kinerja FTSE Indonesia juga dianggap telah melampaui kinerja indeks LQ45 dan MSCI Indonesia.
Bila dibandingkan dengan ETF berbasis obligasi, FTSE Indonesia jauh lebih aktif. Saat ini ETF obligasi yang terbit di Indonesia sangat tidak aktif, baik di pasar primer maupun sekunder, tambah Guntur.
PT Pinnacle Investment sendiri telah meluncurkan jenis ETF berbasis FTSE Indonesia sejak Oktober 2018 bertajuk Pinnacle FTSE Indonesia (XPFT). Ini pun menjadi ETF pertama di dunia yang menggunakan indeks FTSE Indonesia sebagai acuan.
Pinnacle mematok transaksi minimum XPFT 1 basket atau sekitar 100.000 unit penyertaan, senilai Rp 50 juta di pasar primer. Sedangkan di pasar sekunder, dipatok 1 lot atau 100 unit penyertaan, atau senilai Rp 50.000. Dari produk reksadana, XPFT, discretionary, dan advisory, per Desember 2018 lalu, total dana kelola Pinnacle mencapai Rp 4,5 triliun
Guntur melanjutkan, saat ini transaksi ETF lebih banyak terjadi di pasar primer dibandingkan dengan sekunder, selain itu peran dealer partisipan masih sangat minim di industri ETF.
Melihat hal tersebut, dirinya berpendapat perlu adanya kerja sama dan perbaikan lebih baik dari industri regulator, bursa efek, dealer partisipan, serta manajer investasi, untuk melakukan sosialisasi dan edukasi ETF secara aktif dan menyeluruh.
Saat ini, hanya ada tiga dealer partisipan ETF dengan produk ETF dan MI yang berbeda-beda. Lalu, dari sisi spread, pasar sekunder masih sedikit lebih lebar daripada di pasar primer, sehingga inilah yang membuat investor lebih banyak bertransaksi di pasar primer. Jika hambatan tersebut diselesaikan, transaksi di pasar sekunder tidak hanya lebih menarik, likuiditas ETF juga bisa saja meningkat, tutupnya.

Kembali

PT. Sinarmas Asset Management meraih delapan penghargaan sebagai Reksa Dana Terbaik 2017 dari Majalah Investor. Produk yang mendapatkan penghargaan adalah Reksa Dana Danamas Dollar, Danamas Stabil, Simas Income Fund dan Danamas Fleksi