APRDI sebut kasus reksadana tak berdampak sistemik ke industri

Dec 12 2019 06:33PM

Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ramai kasus Narada Aset Mangement dan Minna Padi di pasar reksadana Tanah Air, dinilai tidak memberikan dampak sistemik bagi industri reksadana Tanah Air. Meskipun dana kelolaan atau asset under management (AUM) cenderung turun di November 2019, kondisi tersebut sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Ketua Presidium Dewan Asosiasi Pelaku Reksadana dan Investasi Indonesia (APRDI) Hari Mulyanto menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mentoleransi berbagai praktik Manager Investasi (MI) yang menerapkan strategi pengelolaan portofolio dan pemasaran reksadana di luar ketentuan yang berlaku.
Baca Juga: Waspadai investasi reksadana bermasalah, ini tips dari APRDI
Khususnya, berbagai praktik pemasaran reksadana yang dilakukan dengan melupakan aspek integritas dan profesionalisme, serta mengecilkan prinsip-prinsip manajemen risiko dan good corporate governance (GCG).
Pernyataan tersebut, sekaligus merespon kondisi pasar reksadana Tanah Air yang bergejolak lantaran kasus Narada Aset Management dan Minna Padi. Meskipun begitu, Hari memastikan bahwa kisruh tersebut tidak berdampak signifikan terhadap kinerja industri secara keseluruhan.
"Kami memang tidak tahu angka persisnya, masing-masing MI memiliki strategi pengelolaan portofolionya. Tapi menurut perkiraan kami dampaknya enggak sistemik," ungkap Hari, Rabu (11/12).
Ini terlihat dari jumlah penyertaan yang beredar masih tumbuh di tengah catatan penurunan dana kelolaan atau asset under management (AUM) yang turun.
Baca Juga: Asosiasi Penasihat Investasi diharapkan mendorong pertumbuhan literasi investasi
Namun, kondisi tersebut menurutnya masih sejalan dengan IHSG yang cenderung turun, sehingga APRDI tetap optimistis di sisa akhir tahun banyak ruang bagi industri reksadana untuk tumbuh.
Hari juga mengungkapkan, secara industri total AUM reksadana November 2019 tumbuh ke kisaran Rp 540 triliun dan dianggap sebagai prestasi. Bahkan jika, dijumlahkan dengan produk-produk selain reksadana, total AUM sudah berada di atas Rp 800 triliun. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan investor yang mencapai 1,6 juta investor.
Untuk itu, dirinya optimistsi lewat dukungan perkembangan platform investasi reksadana yang terus berkembang, serta terus bertumbuhnya jumlah investor ke depan, prospek industri reksadana Tanah Air bisa tumbuh lebih cepat.
Baca Juga: Indonesia resmi miliki asosiasi untuk penasihat investasi
Dibandingkan dengan negara lain jumlah investor Indonesia termasuk masih sangat kecil, artinya masih banyak potensi yang bisa diharap ke depan.
"Apalagi ke depan kondisi makroekonomi diprediksi akan lebih baik, seiring dengan tren penurunan suku bunga. Alhasil, produk reksadana diyakini masih akan menarik dan kami tetap optimistis," jelasnya.
Prediksinya, hingga akhir tahun perolehan AUM reksadana tidak akan jauh berbeda dari capaian November 2019. Ini karena, tidak banyak yang bisa dilakukan industri di waktu yang singkat, dan umumnya minat investasi investor di akhir tahun cenderung berkurang. Sedangkan di tahun depan, Hari memperkirakan total dana kelolaan bisa tumbuh sekitar 12% dari capaian tahun ini.

Kembali

PT. Sinarmas Asset Management meraih delapan penghargaan sebagai Reksa Dana Terbaik 2017 dari Majalah Investor. Produk yang mendapatkan penghargaan adalah Reksa Dana Danamas Dollar, Danamas Stabil, Simas Income Fund dan Danamas Fleksi